BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Membaca berperan sangat penting dalam
kehidupan. Dikatakan demikian, seperti
kita ketahui perkembangan informasi sangat luar biasa, baik yang disampaikan
melalui media cetak maupun elektronik.
Agar kita tidak ketinggilan dan tidak ditinggal oleh informasi yang
begitu membanjir, membaca merupakan salah satu upaya untuk mengatasi hal
tersebut. Memang ada cara lain yang
lebih canggih, misalnya dengan mengakses internet.
Melalui
membaca dan cara lain tersebut, informasi yang kita peroleh dapat kita manfaatkan
dalam kehidupan ini. Sebagai contoh,
informasi dalam bidang kesehatan, politik, ekonomi, budaya, ilmu sosial, dan
sebagainya yang kita peroleh pasti bermanfaat bagi kita.
Membaca
terdiri atas berbagai jenis. Setiap
jenis mempunyai karakteristik tersendiri, dan juga memiliki kelebihan
masing-masing. Makalah ini akan
menguraikan tentang membaca kreatif, yang merupakan salah satu jenis membaca
yang sangat tepat untuk menggali berbagai informasi. Membaca kreatif adalah suatu kegiatan di mana terjadi sebuah
proses untuk mendapatkan nilai tambah dari pengertahuan baru yang terdapat
dalam bacaan.
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan membaca kreatif?
2. Bagaimanakah
karakteristik membaca kreatif?
3. Bagaimanakah
bentuk penerapan membaca kreatif?
1.3
Tujuan
Tujuan yang ingin hendak dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mendeskripsikan pengertian membaca
kreatif.
2.
Mendeskripsikan karakteristik membaca
kreatif.
3.
Mendeskripsikan bentuk penerapan membaca
kreatif.
1.4
Manfaat
Manfaat yang
diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
pengertian membaca kreatif, karakteristik, serta bentuk penerapan membaca
kreatif
2.
Sumbangan pemikiran dalam peningkatan
pengajaran membaca.
3.
Bahan acuan bagi peneliti selanjutnya
yang bermaksud mengadakan penelitian yang lebih luas dan mendalam tentang membaca
pada umumnya dan membaca kreatif pada khususnya.
4.
Memberi gambaran bahwa membaca kreatif
merupakan salah satu jenis membaca yang
sangat tepat untuk digunakan dalam kegiatan membaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Membaca
Apakah yang dimaksud dengan membaca ? Membaca adalah keterampilan berbahasa yang
secara aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui media
tulis. Disebut aktif karena membaca
bukan hanya sekedara mamahami lambang tulis, tapi juga membengun makna,
memahami, menerima, menolak, membandingkan, dan meyakini isi tulisan itu (Pratiwi,
dkk. 2007 : 15).
Pada awalnya membaca merupakan proses sensori. Isyarat dan rangsangan aktivitas membaca
masuk melalui indra penglihatan, atau tangan untuk tunanetra. Kemampuan sensoris ini merupakan prasyarat
awal untuk dapat mendeteksi huruf, tanda baca, dan berbagai lambang tulis lainnya
(Pratiwi, dkk. 2007 : 15).
2.2
Pengertian
Membaca Menurut Para Ahli
1.
Anderson (dalam Zulfahnur, 1991: 22) mengemukakan bahwa membaca adalah
melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.
2.
Henry Guntur Tarigan (Mulyati, 2009:45) mengemukakan bahwa membaca
adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui
tulisan.
3.
Poerwodarminto (dalam Zulfahnur, 1991: 22) mengemukakan bahwa membaca
adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui
isinya. Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/atau
memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang
ingin disampaikan penulisnya.
Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan
oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui
tulisan. Dalam proses tersebut,
pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki.
2.3
Hakikat
Membaca Kreatif
Tarigan
(dalam Pratiwi, 2007: 73) dalam pembahasan tentang maksud kegiatan membaca,
menyatakan ada dua tujuan membaca, yakni tujuan behavioral, dan tujuan ekspresif. Tujuan behavioral
diarahkan pada kegiatan membaca untuk memahami makna kata, keterampilan studi,
dan pemahaman. Tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan
membaca pengarahan diri, interpretative, dan membaca kreatif.
Dari uraian tersebut, membaca kreatif merupakan
kegiatan membaca yang bertujuan ekspresif.
Membaca kreatif bertujuan agar pembaca terampil berkrasi dalam hal-hal
dramatisasi, interpretasi lisan, narasi pribadi, ekspresi tulis, dan ekspresi
visual. Batasan yang dikemukakan Tarigan lebih condong ke membaca dengan
bahan bacaan karya fiksi.
Harras
dan Sulistianingsih (dalam Pratiwi,
2007: 73), dengan mengutip dari Dictionary
of Reading, menuliskan bahwa membaca kreatif merupakan proses membaca untuk
mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru, yang terdapat dalam bacaan
dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan
pengetahuan sebelumnya yang pernah didapatkan pembaca. Dengan membaca kreatif, pembaca dituntut
mencermati ide-ide lalu membanding-bandingkannya dengan ide sejenis yang
terdapat dalam bahan bacaan lain.
Batasan lain tentang membaca kreatif dikemukakan
oleh Moorman dan Ram (dalam Pratiwi, 2007: 74).
Menurut mereka, membaca kreatif adalah tugas membaca yang diterapkan
pada teks-teks yang mengandung konsep-konsep baru bagi pembaca, jika dikaitkan dengan kemampuan pembaca kreatif
menurut Nurhadi (dalam Pratiwi, 2007:
73) batasan ini, antara lain berkenaan dengan kemampuan pembaca membaca buku
baru, kemudian mampu menilis resensi atas buku tersebut.
Dalam
membaca kreatif, pembaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis,
kemudian membandingkannya. Proses lebih
penting dari kegiatan membaca kreatif itu tidak sekedar menangkap makna dan
maksud bahan bacaan, tetapi juga menerapkan ide-ide atau informasi yang
tertuang dalam bacaan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya.
Pembaca juga diharapkan dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi
peningkatan kualitas hidupnya berdasarkan informasi dari bacaannya. Dengan
menerapkan informasi yang diharapkan, kualitas hidup pembaca akan lebih terarah
dan meningkat.
Membaca kreatif merupakan tingkatan
membaca pemahaman pada level yang paling tinggi. Pembaca dalam level ini harus
berpikir kritis dan harus menggunakan
imajinasinya. Dalam membaca kreatif, pembaca memanfaatkan hasil membacanya
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya. Kemampuan itu akan bisa memperkaya
pengetahuan-pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan ketajaman daya nalarnya
sehingga pembaca bisa menghasilkan gagasan-gagasan baru. Proses membaca kreatif ini menurut Syafi’ie (diakses
16 mei 2012) dimulai dari memahami bacaan secara literal kemudian
menginterpretasikan dan memberikan reaksinya berupa penilaian terhadap apa yang
dikatakan penulis, dilanjutkan dengan mengembangkan pemikiran pemikiran sendiri
untuk membentuk gagasan, wawasan, pendekatan dan pola-pola pikiran baru.
Dari
berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca kreatif adalah
suatu kegiatan di mana terjadi sebuah proses untuk mendapatkan nilai tambah
dari pengertahuan baru yang terdapat dalam bacaan. Caranya, dengan
mengidentifikasikan ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan dengan
pengetahuan yang pernah diperoleh sebelumnya.
2.4
Karakteristik
Membaca Kreatif
Karakteristik
membaca kreatif yang dikemukakan oleh Nurhadi (dalam Pratiwi, 2007: 74) adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan
membaca kreatif tidak berhenti sampai pada saat pembaca menutup buku.
2. Mampu
menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3. Munculnya
perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca.
4. Hasil
membacanya berlaku sepanjang masa.
5. Mampu
menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan.
6. Mampu
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacanya.
7. Mampu
memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau
minatnya.
8. Tampak
kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
9. Tampak
wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap
suatu persoalan.
10. Ada
peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
11. Semakin
berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
12. Semakin
kaya ide baik dalam meningkatan mutu maupun membuat terobosan baru dalam
memecahkan persoalan.
13. Semakin
kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru.
14. Semakin
enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan.
Selanjutnya,
Nurhadi (dalam Pratiwi, 2007: 75) menuliskan bahwa kemampuan membaca kreatif
meliputi:
1. Kemampuan
membuat ringkasan;
2. Kemampuan
membuat kerangka bacaan;
3. Kemampuan
menyusun resensi;
4. Kemampuan
menerapkan isi bacaan dalam konteks kehidupan sehari-hari;
5. Kemampuan
membuat easi balikan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa
pembaca kreatif mampu menarik simpulan dari
fakta yang dibacanya. Hal ini terwujud
dalam kemampuan membuat ringkasan dan membuat kerangka bacaan. Selain itu, pembaca kreatif juga mampu
melanjutkan pemikiran penulis dalam bentuk menyusun resensi, menerapkan hasil
bacanya dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu menulis esai balikan atas bacaan
yang telah dibacanya.
Perhatikan
contoh data buku berikut ini!
Judul :The Diforce Help Book for Teens (Buku
Panduan untuk Remaja Korban Perceraian)
Penulis :Cynthia McGregor
Penerbit :PT Buana Ilmu
Cetakan :I, 2005
Tebal :xii + 150 halaman
Misalnya, seorang pembaca baru menyelesaikan membaca
buku tersebut. Ternyata dia tidak
berhenti sampai di situ, tetapi menghasilkan sebuah resensi singkat, seperti
berikut ini:
Bagaimana
Remaja Menghadapi Perceraian
Perceraian hampir selalu memengaruhi anggota yang
ada dalam keluarga. Perceraian bisa
menjadi suatu kejutan yang besar bagi anak.
Ada orang tua yang sudah sering bertengkar bertahun-tahun sebelum
bercerai. Ada juga yang tidak pernah
kelihatan bertengkar, kemudian pada suatu hari bercerai. Perceraian tidak secara otomatis
menyelesaikan berbagai masalah dalam perkawinan. Terkadang perceraian malah menimbulkan
masalah baru, bahkan sewaktu perceraian itu diterimah dengan baik.
Sukses dengan The
Diforce Help Book for Kids, penulis ingin membantu para remaja menghadapi
masalah akibat perceraianorang tuanya.
Remaja membutuhkan pemahaman dan pendekatan yang berbeda dengan
anak-anak. Buku ini membantu remaja
mengatasi pertanyaan-pertanyaan sulit yang sering muncul, bahkan mungkin
beberapa pertanyaan yang belum terpikirkan akibat perceraian itu. Buku ini diharapkan menjadi panduan bagi
remaja dalam mengambil keputusan di saat sulit dan melepaskan diri dari ketakutan
akibat perceraian. (DEW/LITBANG KOMPAS)
Dari
contoh di atas, kita tahu bahwa pembaca tersebut termasuk pembaca kreatif, dia
bukan hanya menyelesaikan membaca buku setebal 150 halaman, melainkan juga
mampu menghasilkan satu resensi singkat tentang buku yang dibacanya, dan bahkan
resensi singkat tersebut dimuat di sebuah harian yang terbit di ibu kota.
2.5
Penerapan
Metode Membaca Kreatif
Penerapan metode membaca kreatif meliputi menarik
simpulan dari fakta yang dibaca, dan melanjutkan pemikiran penulis.
a. Menarik Simpulan dari Fakta yang
Dibaca
Dalam dictionary
of reading, dikatakan bahwa membaca kreatif merupakan proses membaca untuk
mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru, yang terdapat dalam bacaan
dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol. Frasa “dengan cara mengidentifikasi ide-ide
yang menonjol” bermakna bahwa pembaca kreatif harus mampu menemukan ide-ide
penting dalam bacaan, yang berupa fakta.
Setelah menemukan fakta-fakta tersebut, tindak lanjut pengungkapannya
adalah mampu membuat ringkasan atau membuat kerangka bacaan.
Contoh:
Membedakan
Planet dengan Bintang
Salah
satu objek paling menarik di langit malambagi astronom amatir adalah
planet-planet besar di tata surya.
Paling tidak ada empat planet utama yang bisa diamati dengan jelas,
yakni Venus, Mars, Yupiter, Saturnus.
Namun,
untuk mengamati planet-planet tersebut, seorang pengamat harus bisa membedakan
penampakan planet dan bintang di langit malam.
Bagi mata orang awam, seluruh objek tampak sama, berupa titik cahaya
yang bertebaran di langit dan secara umum disamakan sebagai “bintang”. Padahal, ada perbedaan mendasar antara planet
dan bintang. Salah satunya, bintang memancarkan cahaya sendiri, sedangkan
planet terlihat bercahaya karena memantulkan cahaya matahari.
Ada beberapa cara membedakan planet dan bintang di
langit malam dengan mata telanjang tanpa bantuan alat. Setelah mata telanjang bisa mengenali mana
planet dan mana bintang, baru orang dapat meneropong planet yang ingin diamati. Beberapa caranya adalah sebagai berikut.
1. Cahaya
planet tampak lebih terang dan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan
bintang.
2. Cahaya
bintang tampak berkelip-kelip, sedangkan cahaya planet cenderung tidak
berkelip-kelip.
3. Apabila
pengamatan dilakukan beberapa hari berturut-turut, akan terlihat posisi planet
berpindah dari hari ke hari.
Fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Planet-planet
besar dapat diamati dengan jelas tanpa bantuan alat.
2. Pengamat
harus bisa membedakan penampakan planet dan bintang.
3. Perbedaan
mendasar antara planet dan bintang adalah bintang memancarkan cahaya sendiri,
planet tidak.
4. Terdapat
perbedaan antar cahaya planet dan cahaya bintang dari segi terang dan
ukurannya.
5. Cahaya
bintang berkelip-kelip, cahaya planet lebih stabil.
6. Planet
bergerak terhadap latar belakang bintang.
Dari fakta-fakta tersebut, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Planet-planet besar di langit malam dapat diamati
denngan jelas. Untuk itu, pengamat harus
bisa membedakan penampakan planet dan bintang.
Perbedaan mendasar di antara keduanya adalah bintang memancarkan cahaya
sendiri, sedangkan planet tidak. Cahaya
planet lebih terang dan lebih besar daripada cahaya bintang. Cahaya bintang berkelip-kelip, sedangkan
planet lebih stabil. Hal ini disebabkan
jarak bintang yang lebih jauh dari bumi daripada jarak planet dengan bumi. Kemudian, planet bergerak terhadap latar
belakang bintang sehingga posisi planet berpindah-pindah.
b. Melanjutkan Pemikiran Penulis
Selain kemampuan membuat ringkasan dan membuat
kerangka bacaan, dalam melanjutkan pemikiran penulis, ada tiga kemampuan yang
perlu diterapkan seorang pembaca kreatif, yaitu kemampuan menyusun resensi,
kemampuan menerapkan isi bacaan dalam konteks kehidupan seharu-hari, dan
kemampuan menyusun esai balikan.
Menulis
resensi adalah wujud atau bukti bahwa kegiatan membaca kreatif tidak berhenti
sampai pada saat pembaca menutup
buku. Adapun kemampuan menerapkan hasil
bacaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan bahwa pembaca kreatif
mampu menerapkan hasil bacaannya untuk kepentingan sehari-hari. Dan kemampuan menyusun esai balikan sebagai
perwujudan bahwa pembaca kreatif mampu menulis esai balikan, terhadap esai yang telah dibacanya. Ketiga kemampuan tersebut merupakan bentuk
kegiatan seorang pembaca kreatif untuk menindaklanjuti pemikiran penulis (Pratiwi,
2007:72).
Contoh melanjutkan pemikiran penulis:
Seorang pembaca telah membaca sebuah buku, kemudian
menulis resensi buku tersebut sebagai berikut:
1. Judul
buku : Orang Miskin Dilarang Sakit
2. Penulis : Eko Prasetyo
3. Penerbit : Resist Jogja
4. Tahun
terbit : November 2004
5. Tebal
: vi + 146 halaman
Hasil resensinya adalah sebagai berikut:
Orang
Miskin Dilarang Sehat
Oleh:
Nurudin
Sebenarnya buku ini lebih tepat jika diberi judul
orang miskin dilarang sehat. Masalahnya,
apa yang dipaparkan dalam buku ini mendeskripsikan, menganalisis, dan
memfokuskan kajiannyapada usaha sistematis orang miskin dibiarkan atau sengaja
dibuat sakit. Orang miskin, seperti yang
dipaparkan dalam buku ini, selalu terhimpit oleh beberapa pihak yang membuat
mereka terus-menerus sakit, yakni dokter, rumah sakit, orang kaya, dan
pemerintah yang bekerja sama dengan pabrik farmasi.
…
Buku ini membalikkan asumsi masyarakat umum yang
mengatakan bahwa sumber penyakit adalah manusia itu sendiri. Sebenarnya pendapat itu tidak salah, hanya
tidak seratus persen benar. Di
Indonesia, sebagian besar penyakit disebabkan oleh kebijakan penguasa. Misalnya, banyak kasus menunjukan bahwa
program KB menghasilkan efek buruk terhadap kesehatan. Padahal, semua orang tahu, KB adalah
kebijakan yang digembar-gemborkan pemerintah.
Artinya, pemerintah menganjurkan KB tanpa melihat efek samping dari
timbulnya pemakaian alat kontrasepsi.
…
Jadi, pemerintah maupun lembaga pelayanan kesehatan
hendaknya menyadari bahwa orang miskin seharusnya jangan dijadikan sebagai
korban kejahatan kesehatan.
Dari contoh tersebut, kita ketahui bahwa pembaca
tersebut telah menindaklanjuti pemikiran penulis dengan menulis resensi tentang
buku itu. Dalam hal membuat esai
balikan, dia merumuskan judul yang seharusnya untuk buku tersebut, yakni Orang Miskin Dilarang Sehat, bukan Orang Miskin Dilarang Sakit.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Membaca kreatif adalah suatu
kegiatan di mana terjadi sebuah proses untuk mendapatkan nilai tambah dari
pengertahuan baru yang terdapat dalam bacaan. Caranya, dengan
mengidentifikasikan ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan dengan
pengetahuan yang pernah diperoleh sebelumnya.
2. Karakteristik membaca kreatif antara
lain sebagai berikut:
1. Kegiatan
membaca kreatif tidak berhenti sampai pada saat pembaca menutup buku.
2. Mampu
menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3. Munculnya
perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca.
4. Hasil
membacanya berlaku sepanjang masa.
5. Mampu
menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan.
6. Mampu
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacanya.
7. Mampu
memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau
minatnya.
8. Tampak
kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
9. Terbentuk
kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
10. Tampak
wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap
suatu persoalan.
11. Ada
peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
12. Semakin
berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
13. Semakin
kaya ide baik dalam meningkatan mutu maupun membuat terobosan baru dalam
memecahkan persoalan.
14. Semakin
kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru.
15. Semakin
enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan.
3. Bentuk
penerapan membaca kreatif antara lain menarik simpulan dari fakta yang dibaca,
dan melanjutkan pemikiran penulis.
Menarik simpulan dari fakta yang dibaca dapat diwujudkan dalam bentuk
mampu membuat ringkasan bacaan dan menyusun kerangka bacaan. Melanjutkan pemikiran penulis diwujudkan dalam
bentuk kemampuan menulis resensi, kemampuan menerapkan hasil bacaannya guna
pemecahan persoalan dalam kehidupan sehari-hari, dan kemampuan menulis esai
balikan atas bacaan yang dibacanya.
3.2
Saran
Saran
yang ingin disampaikan penulis dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi
pembaca yang ingin mendapatkan informasi yang bermanfaat dari bacaan yand
dibacanya, maka perlu menerapkan metode membaca kreatif.
2. Demi
kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http//www. membacakreatifsebagaimetodemembacatingkat tinggi//bindo,
diakses 16 Mei 2012
Mulyati, Yeti, dkk.
2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Pratiwi,
Yuni, dkk. 2007. Modul Bahasa
Indonesia. Jakarta: Universitas
Terbuka
Zulfahnur Z.F, dkk. 1991. Modul Bahasa Indonesia PGSD. Jakarta: Depdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar