Rabu, 20 Juni 2012

MAKALAH MEMBACA KREATIF


BAB I 
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
 Membaca berperan sangat penting dalam kehidupan.  Dikatakan demikian, seperti kita ketahui perkembangan informasi sangat luar biasa, baik yang disampaikan melalui media cetak maupun elektronik.  Agar kita tidak ketinggilan dan tidak ditinggal oleh informasi yang begitu membanjir, membaca merupakan salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut.  Memang ada cara lain yang lebih canggih, misalnya dengan mengakses internet.
Melalui membaca dan cara lain tersebut, informasi yang kita peroleh dapat kita manfaatkan dalam kehidupan ini.  Sebagai contoh, informasi dalam bidang kesehatan, politik, ekonomi, budaya, ilmu sosial, dan sebagainya yang kita peroleh pasti bermanfaat bagi kita.
Membaca terdiri atas berbagai jenis.  Setiap jenis mempunyai karakteristik tersendiri, dan juga memiliki kelebihan masing-masing.  Makalah ini akan menguraikan tentang membaca kreatif, yang merupakan salah satu jenis membaca yang sangat tepat untuk menggali berbagai informasi.  Membaca kreatif adalah suatu kegiatan di mana terjadi sebuah proses untuk mendapatkan nilai tambah dari pengertahuan baru yang terdapat dalam bacaan.






1.2          Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan membaca kreatif?
2.      Bagaimanakah karakteristik membaca kreatif?
3.      Bagaimanakah bentuk penerapan membaca kreatif?

1.3         Tujuan  
          Tujuan yang ingin hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan pengertian membaca kreatif.
2.      Mendeskripsikan karakteristik membaca kreatif.
3.      Mendeskripsikan bentuk penerapan membaca kreatif.

1.4         Manfaat
          Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui pengertian membaca kreatif, karakteristik, serta bentuk penerapan membaca kreatif
2.    Sumbangan pemikiran dalam peningkatan pengajaran membaca.
3.    Bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang bermaksud mengadakan penelitian yang lebih luas dan mendalam tentang membaca pada umumnya dan membaca kreatif pada khususnya.
4.    Memberi gambaran bahwa membaca kreatif merupakan  salah satu jenis membaca yang sangat tepat untuk digunakan dalam kegiatan membaca.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Membaca
Apakah yang dimaksud dengan membaca ?  Membaca adalah keterampilan berbahasa yang secara aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui media tulis.  Disebut aktif karena membaca bukan hanya sekedara mamahami lambang tulis, tapi juga membengun makna, memahami, menerima, menolak, membandingkan, dan meyakini isi tulisan itu (Pratiwi, dkk.  2007 : 15). 
Pada awalnya membaca merupakan proses sensori.  Isyarat dan rangsangan aktivitas membaca masuk melalui indra penglihatan, atau tangan untuk tunanetra.  Kemampuan sensoris ini merupakan prasyarat awal untuk dapat mendeteksi huruf, tanda baca, dan berbagai lambang tulis lainnya (Pratiwi, dkk.  2007 : 15).

2.2       Pengertian Membaca Menurut Para Ahli

1.        Anderson (dalam Zulfahnur, 1991: 22) mengemukakan bahwa membaca adalah melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.
2.        Henry Guntur Tarigan (Mulyati, 2009:45) mengemukakan bahwa membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan.
3.        Poerwodarminto (dalam Zulfahnur, 1991: 22) mengemukakan bahwa membaca adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/atau memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya.
 Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut, pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki.

2.3       Hakikat Membaca Kreatif
Tarigan (dalam Pratiwi, 2007: 73) dalam pembahasan tentang maksud kegiatan membaca, menyatakan ada dua tujuan membaca, yakni tujuan behavioral, dan tujuan ekspresif.  Tujuan behavioral diarahkan pada kegiatan membaca untuk memahami makna kata, keterampilan studi, dan pemahaman.  Tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan membaca pengarahan diri, interpretative, dan membaca kreatif.
Dari uraian tersebut, membaca kreatif merupakan kegiatan membaca yang bertujuan ekspresif.  Membaca kreatif bertujuan agar pembaca terampil berkrasi dalam hal-hal dramatisasi, interpretasi lisan, narasi pribadi, ekspresi tulis, dan ekspresi visual.  Batasan yang dikemukakan Tarigan lebih condong ke membaca dengan bahan bacaan karya fiksi.
Harras dan Sulistianingsih (dalam Pratiwi, 2007: 73), dengan mengutip dari Dictionary of Reading, menuliskan bahwa membaca kreatif merupakan proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru, yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan pengetahuan sebelumnya yang pernah didapatkan pembaca.  Dengan membaca kreatif, pembaca dituntut mencermati ide-ide lalu membanding-bandingkannya dengan ide sejenis yang terdapat dalam bahan bacaan lain.  
Batasan lain tentang membaca kreatif dikemukakan oleh Moorman dan Ram (dalam Pratiwi, 2007: 74).  Menurut mereka, membaca kreatif adalah tugas membaca yang diterapkan pada teks-teks yang mengandung konsep-konsep baru bagi pembaca,  jika dikaitkan dengan kemampuan pembaca kreatif menurut Nurhadi (dalam Pratiwi, 2007: 73) batasan ini, antara lain berkenaan dengan kemampuan pembaca membaca buku baru, kemudian mampu menilis resensi atas buku tersebut.
Dalam membaca kreatif, pembaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis, kemudian membandingkannya.  Proses lebih penting dari kegiatan membaca kreatif itu tidak sekedar menangkap makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga menerapkan ide-ide atau informasi yang tertuang dalam bacaan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga diharapkan dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidupnya berdasarkan informasi dari bacaannya. Dengan menerapkan informasi yang diharapkan, kualitas hidup pembaca akan lebih terarah dan meningkat.
Membaca kreatif merupakan tingkatan membaca pemahaman pada level yang paling tinggi. Pembaca dalam level ini harus berpikir kritis dan harus menggunakan imajinasinya. Dalam membaca kreatif, pembaca memanfaatkan hasil membacanya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya.  Kemampuan itu akan bisa memperkaya pengetahuan-pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan ketajaman daya nalarnya sehingga pembaca bisa menghasilkan gagasan-gagasan baru.  Proses membaca kreatif ini menurut Syafi’ie (diakses 16 mei 2012) dimulai dari memahami bacaan secara literal kemudian menginterpretasikan dan memberikan reaksinya berupa penilaian terhadap apa yang dikatakan penulis, dilanjutkan dengan mengembangkan pemikiran pemikiran sendiri untuk membentuk gagasan, wawasan, pendekatan dan pola-pola pikiran baru.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca kreatif adalah suatu kegiatan di mana terjadi sebuah proses untuk mendapatkan nilai tambah dari pengertahuan baru yang terdapat dalam bacaan. Caranya, dengan mengidentifikasikan ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan dengan pengetahuan yang pernah diperoleh sebelumnya.

2.4       Karakteristik Membaca Kreatif
Karakteristik membaca kreatif yang dikemukakan oleh Nurhadi (dalam Pratiwi, 2007: 74) adalah sebagai berikut:
1.    Kegiatan membaca kreatif tidak berhenti sampai pada saat pembaca menutup buku.
2.    Mampu menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3.    Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca.
4.    Hasil membacanya berlaku sepanjang masa.
5.    Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan.
6.    Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacanya.
7.    Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya.
8.    Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
9.    Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu persoalan.
10.     Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
11.     Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
12.     Semakin kaya ide baik dalam meningkatan mutu maupun membuat terobosan baru dalam memecahkan persoalan.
13.     Semakin kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru.
14.     Semakin enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan.




Selanjutnya, Nurhadi (dalam Pratiwi, 2007: 75)  menuliskan bahwa kemampuan membaca kreatif meliputi:
1.    Kemampuan membuat ringkasan;
2.    Kemampuan membuat kerangka bacaan;
3.    Kemampuan menyusun resensi;
4.    Kemampuan menerapkan isi bacaan dalam konteks kehidupan sehari-hari;
5.    Kemampuan membuat easi balikan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pembaca kreatif mampu menarik simpulan dari fakta yang dibacanya.  Hal ini terwujud dalam kemampuan membuat ringkasan dan membuat kerangka bacaan.  Selain itu, pembaca kreatif juga mampu melanjutkan pemikiran penulis dalam bentuk menyusun resensi, menerapkan hasil bacanya dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu menulis esai balikan atas bacaan yang telah dibacanya.

Perhatikan contoh data buku berikut ini!
Judul        :The Diforce Help Book for Teens (Buku Panduan untuk Remaja Korban Perceraian)
Penulis   :Cynthia McGregor
Penerbit :PT Buana Ilmu
Cetakan :I, 2005
Tebal      :xii + 150 halaman
Misalnya, seorang pembaca baru menyelesaikan membaca buku tersebut.  Ternyata dia tidak berhenti sampai di situ, tetapi menghasilkan sebuah resensi singkat, seperti berikut ini:




Bagaimana Remaja Menghadapi Perceraian
Perceraian hampir selalu memengaruhi anggota yang ada dalam keluarga.  Perceraian bisa menjadi suatu kejutan yang besar bagi anak.  Ada orang tua yang sudah sering bertengkar bertahun-tahun sebelum bercerai.  Ada juga yang tidak pernah kelihatan bertengkar, kemudian pada suatu hari bercerai.  Perceraian tidak secara otomatis menyelesaikan berbagai masalah dalam perkawinan.  Terkadang perceraian malah menimbulkan masalah baru, bahkan sewaktu perceraian itu diterimah dengan baik.
Sukses dengan The Diforce Help Book for Kids, penulis ingin membantu para remaja menghadapi masalah akibat perceraianorang tuanya.  Remaja membutuhkan pemahaman dan pendekatan yang berbeda dengan anak-anak.  Buku ini membantu remaja mengatasi pertanyaan-pertanyaan sulit yang sering muncul, bahkan mungkin beberapa pertanyaan yang belum terpikirkan akibat perceraian itu.  Buku ini diharapkan menjadi panduan bagi remaja dalam mengambil keputusan di saat sulit dan melepaskan diri dari ketakutan akibat perceraian.  (DEW/LITBANG KOMPAS)


     Dari contoh di atas, kita tahu bahwa pembaca tersebut termasuk pembaca kreatif, dia bukan hanya menyelesaikan membaca buku setebal 150 halaman, melainkan juga mampu menghasilkan satu resensi singkat tentang buku yang dibacanya, dan bahkan resensi singkat tersebut dimuat di sebuah harian yang terbit di ibu kota.








2.5       Penerapan Metode Membaca Kreatif
Penerapan metode membaca kreatif meliputi menarik simpulan dari fakta yang dibaca, dan melanjutkan pemikiran penulis.

a.  Menarik Simpulan dari Fakta yang Dibaca
Dalam dictionary of reading, dikatakan bahwa membaca kreatif merupakan proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru, yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol.  Frasa “dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol” bermakna bahwa pembaca kreatif harus mampu menemukan ide-ide penting dalam bacaan, yang berupa fakta.  Setelah menemukan fakta-fakta tersebut, tindak lanjut pengungkapannya adalah mampu membuat ringkasan atau membuat kerangka bacaan. 

Contoh:

Membedakan Planet dengan Bintang
            Salah satu objek paling menarik di langit malambagi astronom amatir adalah planet-planet besar di tata surya.  Paling tidak ada empat planet utama yang bisa diamati dengan jelas, yakni Venus, Mars, Yupiter, Saturnus.
            Namun, untuk mengamati planet-planet tersebut, seorang pengamat harus bisa membedakan penampakan planet dan bintang di langit malam.  Bagi mata orang awam, seluruh objek tampak sama, berupa titik cahaya yang bertebaran di langit dan secara umum disamakan sebagai “bintang”.  Padahal, ada perbedaan mendasar antara planet dan bintang. Salah satunya, bintang memancarkan cahaya sendiri, sedangkan planet terlihat bercahaya karena memantulkan cahaya matahari.

Ada beberapa cara membedakan planet dan bintang di langit malam dengan mata telanjang tanpa bantuan alat.  Setelah mata telanjang bisa mengenali mana planet dan mana bintang, baru orang dapat meneropong planet yang ingin diamati.  Beberapa caranya adalah sebagai berikut.
1.      Cahaya planet tampak lebih terang dan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bintang.
2.      Cahaya bintang tampak berkelip-kelip, sedangkan cahaya planet cenderung tidak berkelip-kelip.
3.      Apabila pengamatan dilakukan beberapa hari berturut-turut, akan terlihat posisi planet berpindah dari hari ke hari.
Fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Planet-planet besar dapat diamati dengan jelas tanpa bantuan alat.
2.      Pengamat harus bisa membedakan penampakan planet dan bintang.
3.      Perbedaan mendasar antara planet dan bintang adalah bintang memancarkan cahaya sendiri, planet tidak.
4.      Terdapat perbedaan antar cahaya planet dan cahaya bintang dari segi terang dan ukurannya.
5.      Cahaya bintang berkelip-kelip, cahaya planet lebih stabil.
6.      Planet bergerak terhadap latar belakang bintang.
Dari fakta-fakta tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Planet-planet besar di langit malam dapat diamati denngan jelas.  Untuk itu, pengamat harus bisa membedakan penampakan planet dan bintang.  Perbedaan mendasar di antara keduanya adalah bintang memancarkan cahaya sendiri, sedangkan planet tidak.  Cahaya planet lebih terang dan lebih besar daripada cahaya bintang.  Cahaya bintang berkelip-kelip, sedangkan planet lebih stabil.  Hal ini disebabkan jarak bintang yang lebih jauh dari bumi daripada jarak planet dengan bumi.  Kemudian, planet bergerak terhadap latar belakang bintang sehingga posisi planet berpindah-pindah.

b.  Melanjutkan Pemikiran Penulis
Selain kemampuan membuat ringkasan dan membuat kerangka bacaan, dalam melanjutkan pemikiran penulis, ada tiga kemampuan yang perlu diterapkan seorang pembaca kreatif, yaitu kemampuan menyusun resensi, kemampuan menerapkan isi bacaan dalam konteks kehidupan seharu-hari, dan kemampuan menyusun esai balikan.
            Menulis resensi adalah wujud atau bukti bahwa kegiatan membaca kreatif tidak berhenti sampai pada  saat pembaca menutup buku.  Adapun kemampuan menerapkan hasil bacaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan bahwa pembaca kreatif mampu menerapkan hasil bacaannya untuk kepentingan sehari-hari.  Dan kemampuan menyusun esai balikan sebagai perwujudan bahwa pembaca kreatif mampu menulis esai balikan,  terhadap esai yang telah dibacanya.  Ketiga kemampuan tersebut merupakan bentuk kegiatan seorang pembaca kreatif untuk menindaklanjuti pemikiran penulis (Pratiwi, 2007:72).

Contoh melanjutkan pemikiran penulis:
Seorang pembaca telah membaca sebuah buku, kemudian menulis resensi buku tersebut sebagai berikut:

1.      Judul buku      : Orang Miskin Dilarang Sakit
2.      Penulis            : Eko Prasetyo
3.      Penerbit          : Resist Jogja
4.      Tahun terbit    : November 2004
5.      Tebal               : vi + 146 halaman

Hasil resensinya adalah sebagai berikut:




Orang Miskin Dilarang Sehat
Oleh: Nurudin

Sebenarnya buku ini lebih tepat jika diberi judul orang miskin dilarang sehat.  Masalahnya, apa yang dipaparkan dalam buku ini mendeskripsikan, menganalisis, dan memfokuskan kajiannyapada usaha sistematis orang miskin dibiarkan atau sengaja dibuat sakit.  Orang miskin, seperti yang dipaparkan dalam buku ini, selalu terhimpit oleh beberapa pihak yang membuat mereka terus-menerus sakit, yakni dokter, rumah sakit, orang kaya, dan pemerintah yang bekerja sama dengan pabrik farmasi.
            …
Buku ini membalikkan asumsi masyarakat umum yang mengatakan bahwa sumber penyakit adalah manusia itu sendiri.  Sebenarnya pendapat itu tidak salah, hanya tidak seratus persen benar.  Di Indonesia, sebagian besar penyakit disebabkan oleh kebijakan penguasa.  Misalnya, banyak kasus menunjukan bahwa program KB menghasilkan efek buruk terhadap kesehatan.  Padahal, semua orang tahu, KB adalah kebijakan yang digembar-gemborkan pemerintah.  Artinya, pemerintah menganjurkan KB tanpa melihat efek samping dari timbulnya pemakaian alat kontrasepsi.
Jadi, pemerintah maupun lembaga pelayanan kesehatan hendaknya menyadari bahwa orang miskin seharusnya jangan dijadikan sebagai korban kejahatan kesehatan.

Dari contoh tersebut, kita ketahui bahwa pembaca tersebut telah menindaklanjuti pemikiran penulis dengan menulis resensi tentang buku itu.  Dalam hal membuat esai balikan, dia merumuskan judul yang seharusnya untuk buku tersebut, yakni Orang Miskin Dilarang Sehat, bukan Orang Miskin Dilarang Sakit.
BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Membaca kreatif adalah suatu kegiatan di mana terjadi sebuah proses untuk mendapatkan nilai tambah dari pengertahuan baru yang terdapat dalam bacaan. Caranya, dengan mengidentifikasikan ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan dengan pengetahuan yang pernah diperoleh sebelumnya.

2.      Karakteristik membaca kreatif antara lain sebagai berikut:
1.      Kegiatan membaca kreatif tidak berhenti sampai pada saat pembaca menutup buku.
2.      Mampu menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3.      Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca.
4.      Hasil membacanya berlaku sepanjang masa.
5.      Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan.
6.      Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacanya.
7.      Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya.
8.      Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
9.      Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
10.  Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu persoalan.
11.  Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
12.  Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
13.  Semakin kaya ide baik dalam meningkatan mutu maupun membuat terobosan baru dalam memecahkan persoalan.
14.  Semakin kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru.
15.  Semakin enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan.
3.      Bentuk penerapan membaca kreatif antara lain menarik simpulan dari fakta yang dibaca, dan melanjutkan pemikiran penulis.  Menarik simpulan dari fakta yang dibaca dapat diwujudkan dalam bentuk mampu membuat ringkasan bacaan dan menyusun kerangka bacaan.  Melanjutkan pemikiran penulis diwujudkan dalam bentuk kemampuan menulis resensi, kemampuan menerapkan hasil bacaannya guna pemecahan persoalan dalam kehidupan sehari-hari, dan kemampuan menulis esai balikan atas bacaan yang dibacanya.

3.2       Saran 

Saran yang ingin disampaikan penulis dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi pembaca yang ingin mendapatkan informasi yang bermanfaat dari bacaan yand dibacanya, maka perlu menerapkan metode membaca kreatif.
2.      Demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

http//www. membacakreatifsebagaimetodemembacatingkat tinggi//bindo, diakses 16 Mei 2012
Mulyati, Yeti, dkk.  2009.  Keterampilan Berbahasa Indonesia SD.  Jakarta: Universitas Terbuka
Pratiwi, Yuni, dkk.  2007.  Modul Bahasa Indonesia.  Jakarta: Universitas Terbuka
Zulfahnur Z.F, dkk.  1991.  Modul Bahasa Indonesia PGSD.  Jakarta: Depdikbud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar